Thomas Tuchel Medioker di Mata Jurgen Klopp, Liverpool Incar Trofi FA Cup dan Sepelekan Chelsea

Chelsea dan Liverpool akan bertemu dalam partai final FA Cup pada Sabtu, (14/05/2022). Pertandingan Chelsea vs Liverpool akan dilangsungkan di Stadion Wembley dan kick off pada pukul 22.45 WIB. FA Cup memang menjadi gelar 'ciki' bagi Chelsea dan Liverpool, lantaran kedua tim tersebut telah sukses meraih gelar yang lebih bergengsi terhitung selama 3 musim ini.

Ya, Chelsea dan Liverpool sama sama pernah sukses meraih gelar Liga Champions dan Trofi Piala Dunia antar klub yang mengantar mereka menjadi tim yang paling diperhitungkan eropa. Salah satu hal yang membuat final FA Cup menjadi pertandingan yang panas adalah gengsi yang dihadirkan oleh kedua tim, khususnya untuk sang juru taktik mereka. Thomas Tuchel danJurgen Klopptelah menjadi rival sejak mereka menukangi tim di Bundesliga Jerman.

Dan persaingan antara kedua pelatih asal Jerman itu kembali berlanjut di daratan Inggris. Jurgen Klopp berada di atas angin di partai final nanti, lantaran ia memiliki rekor yang apik kala bertemu tim yang ditukangi oleh Thomas Tuchel. Dilansir Squawka , selama karier kepelatihan Tuchel, tak ada pelatih lain yang mampu mengalahkannya sebanyak Jurgen Klopp.

Ya, Thomas Tuchel telah mengalami sepuluh kali kekalahan selama bertemu tim yang diasuh oleh Klopp. Fakta tersebut semakin membuat Liverpool percaya diri untuk mampu mengalahkan Chelsea di final FA Cup dini hari nanti. Nyatanya, penampilan The Reds di musim ini begitu melejit, mereka masih bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris bersama Manchester City.

Juga di Liga Champions, Liverpool berhasil mengunci tiket final Si Kuping Besar dan akan bertemu Real Madrid pada laga puncak. Praktis, di tengah inkonsistensi tim tim eliteLiga Inggrisdan Eropa, The Reds adalah tim dengan performa paling stabil. Kekalahan hanya mereka rasakan ketika bermain melawan West Ham United diLiga Inggris, selebihnya hasil sempurna hampir selalu Klopp antarkan untukLiverpool.

Tangan dinginJurgen Kloppbenar benar menjadikanLiverpoolsebagai tim superior yang sulit untuk dikalahkan. Sejak datang ke Anfield pada tahun 2015 lalu, juru taktik asal Jerman itu sukses membuat revolusi diLiverpool. Mulai mentalitas hingga gaya permainan yang diusung mampu membuatThe Redsmenjadi tim yang lebih diperhitungkan di eropa.

Perlu diingat, Klopp bukanlah tipe pelatih yang menuntut belanja besar besaran untuk tim yang ia pegang, ia berbeda dengan Guardiola yang membutuhkan dana melimpah untuk membentuk satu tim hebat. Selama enam tahun menjabat sebagai juru taktikThe Reds, pengeluaran paling banyak hanyalah untuk mendatangkan Virgil van Dijk dari Southampton dengan biaya 70 juta euro. Pemain pemain yang kini menjadi bintang, seperti Mo Salah, Sadio Mane, Roberto Firmino, Diogo Jota, Jordan Henderson, hingga Robertson adalah pemain yang diboyong dengan harga di bawah 50 juta euro.

Klopp adalah pelatih yang percaya dengan sebuah proses. Ia membuat sistem permainan berdasarkan kapasitas pemain yang ia miliki. Klopp jeli dalam menggodok pemain yang biasa biasa saja sebelumnya menjadi sosok penting dalam taktik yang dia usung. Nama nama yang disebutkan di atas adalah contohnya, mereka diboyong dengan banderol di bawah 50 juta euro, namun apa yang mereka tunjukkan di lapangan begitu luar biasa.

Mohamed Salah yang menjadi bintang, diakui sebagai salah satu pemain terbaik di dunia dengan beberapa kali masuk dalam nominasi pememangan Ballon d'0r. Awal kehebatan Klopp terlihat saatLiverpoolberhasil dibawanya mencapai babak final Piala Liga dan Liga Eropa pada musim 2015/2016. Lalu di musim selanjutnya (2016/2017), pelatih berusia 52 tahun tersebut mampu membawaThe Redstampil di ajang Liga Champions setelah tiga musim absen.

Grafik menanjak kembali mampu Klopp tunjukan di musim 2017/2018, Jordan Henderson dan kolega dibawanya mencapai babak final Liga Champions dan bersua tim raksasa Spanyol, Real Madrid. Sayangnya, blunder konyol yang dilakukan Karius di partai tersebut membuatLiverpoolharus menyerahkan trofi Si Kuping Besar ke tangan Los Blancos. Namun, bukan Klopp namanya jika ia tak belajar dari kekalahan.

Di musim selanjutnya,The Redssukses dibawanya tampil superior di Liga Champions hingga kembali melangkah ke babak final. Tottenham Hotspur yang menjadi lawan dibuat tak berdaya, tim asuhan Pochettino berhasil Klopp kalahkan dengan skor meyakinkan 2 0 lewat sumbangan gol Mo Salah dan Divock Origi. Dan raihan manis terakhir yang sukses Klopp berikan untukLiverpoolterjadi pada musim 2019/2020.

Liverpool menjalani musim paling luar biasa di liga dengan mengalami jumlah kekalahan yang dapat dihitung jari. Mereka juga meninggalkan City di urutan kedua dengan selisih poin dua digit yang begitu jauh dan mustahil dikejar bahkan saat kompetisi masih menyisakan tujuh laga sisa. Gelar Liga Primer Inggris pun berhasil mereka bawa pulang setelah 30 tahun lamanya tak masuk lemari prestasi di Anfield.

"Dia (Jurgen Klopp) akan dikenang selamanya oleh fans di Anfield, Klopp adalah orang yang harus dihormati berkat jasa jasanya untukLiverpool," Kata Gerrard, legenda hidupLiverpooldilansir ESPN. Berhasil mencatatkan hasil istimewa untukThe Redstak membuat eks pelatih Brussia Dortmund itu jumawa. Dalam sebuah konferensi Pers, Klopp menyebut dirinya adalahThe Normal One, dia tak merasa menjadi orang yang spesial walaupun telah memberi gelar bergengsi untukLiverpool.

Permainanhigh pressing, gegenpressing,dandirect passdipertontonkan oleh skuat juru taktik asal Jerman itu. Ya,'Rock and Roll football'yang diusungJurgen Kloppdengan 3 skema tersebut mampu membuatLiverpooltampil mempesona musim ini juga musim musim sebelumnya. Salah satu yang paling mencolok adalah bagaimana Klopp menerapkan permainan gegenpressing untukLiverpool.

"Gegenpressingadalah soal ketepatan dan kecepatan, kami memberi waktu 5 detik untuk pemain dapat merebut bola kembali setelah kehilangannya," kata Klopp dilansirHaytersTV. "Kami memanfaatkan kegagalan lawan melakukan transisi menyerang untuk menciptakan peluang dan mencetak gol, itu yang kami lakukan," lanjutnya. Walaupun menguras stamina dan membuat pemainLiverpoolrentan cedera, permainan yang diusung Klopp terbukti efisien untuk meraih 3 poin dan mengalahkan lawan lawannya yang di atas kertas secara skuat lebih mewah dari tim yang bermarkas di Anfield Stadium tersebut.

Salah satu faktor superiritasLiverpooldan penampilan stabil mereka dari musim ke musim adalah bagaimana ia memanfaatkan atribut pemain yang ada. Contoh paling nyata adalah keberhasilan dia menyulapTrent Alexander Arnolddari seorang gelandang serang biasa biasa saja menjadi salah satu full back terbaik di dunia. Klopp paham betul akan pesona yang ditawarkan Arnold sebagai pemain, kecakapan pemain asal Inggris itu dalam mengirim umpan membuat Arnold digeser ke samping olehnya untuk menjadi sang pelayan bagi barisan penyerangLiverpooldari sisi tepi.

Garis pertahanan yang tinggi, serta visi bermain yang handal dari Arnold juga membuat Klopp menjadikannya sebagai playmaker dari sisi kanan. Per catatan Squawka , Arnold adalah pemain pertama yang sukses mencatatkan lebih dari 100change createddi tahun 2021, menawan! Catatan 19 assistnya di musim ini semakin membuktikan bahwa dia adalah arwah dari permainan Liverpool.

Dengan begitu efisiensinya gegenpressing milikJurgen Kloppdan penampilan ciamik Arnold serta tajamnya lini serang The Reds, rasanya tak akan sulit bagi liverpool untuk mengalahkan Chelsea di partai puncak Piala Carabao.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *